Showing posts with label Bitcoin. Show all posts
Showing posts with label Bitcoin. Show all posts

Sebab-Sebab Melonjaknya Harga Bitcoin

Nilai tukar mata uang digital bitcoin tampaknya memang sedang tidak stabil. Dalam sebulan ini sudah terjadi dua kali penurunan nilai tukar bitcoin, meski kemudian nilainya kembali naik.
Peristiwa pertama terjadi saat China mengumumkan niatnya untuk memblokir pemakaian mata uang digital tersebut. Efeknya nilai tukar bitcoin langsung turun hingga 10 persen. 

Lalu, sebagaimana dilansir KompasTekno dari The Next Web, Kamis (14/9/2017), nilai tukar tersebut kembali mengalami penurunan akibat komentar CEO JP Morgan, Jamie Dimon, awal pekan ini.
Jamie Dimon, saat itu mengatakan bahwa bitcoin adalah sebuah kekacauan yang akan segera meledak. Dia bahkan berkelakar bahwa putrinya telah membeli sejumlah bitcoin, dan merasa jenius karena nilai tukar mata udang digital itu naik hingga lebih 300 persen di tahun ini.
“Ini (bitcoin) bukan sesuatu yang nyata, suatu saat ini akan mati. Saya tidak menyarankan untuk segera mengumpulkan bitcoin dan menjual 100.000 dollar AS bitcoin sebelum nilainya turun,” terangnya saat bicara dalam acara Delivering Alpha Conference.

“Ini bukan tindakan yang saya sarankan. Putri saya sendiri sudah membeli bitcoin, lalu nilainya naik dan sekarang dia merasa jadi orang jenius,” imbuhnya.
Perkataan Jamie Dimon itu berdampak penurunan nilai tukar bitcoin menjadi 3.772 dollar AS atau sekitar Rp 49,9 juta per kepingnya. Nilai tukar ini merupakan yang paling rendah selama sebulan belakangan.

Walau demikian, tak butuh waktu lama agar nilai tukar bitcoin kembali naik. Pada Rabu (13/9/2017), nilai tukarnya kembali berada di titik 3.894 dollar AS atau sekitar Rp 51,5 juta per kepingnya.
Sebagai gambaran, sekitar enam bulan lalu, nilai tertinggi bitcoin adalah 1.223 dollar AS atau setara Rp 16,1 juta. Sedangkan setengah tahun sebelum angka itu tercapai, nilai tukar tertinggi bitcoin hanya sekitar 600 dollar AS atau setara Rp 7,9 juta per kepingnya.

Sebelumnya, pada 2015 silam, Jamie Dimon juga pernah mengatakan hal yang sama soal bitcoin. Dia berpendapat bahwa pemerintah tidak mungkin membiarkan nilai tukar bitcoin lebih tinggi dan jadi tantangan bagi mata uang lokal.

Kala itu, nilai tukar bitcoin hanya 334 dollar AS atau setara Rp 4,4 juta per kepingnya. Toh ternyata kata-kata tersebut salah. Jika pada 2015 silam, Anda termasuk orang yang tidak mendengarkan pernyataan Jamie Dimon serta tetap membeli 10 bitcoin, maka sekarang investasi itu sudah bernilai lebih dari 30.000 dollar AS atau setara Rp 397 juta.

Satu hal saja yang perlu dicatat baik-baik, seperti apapun kata Jamie Dimon dan betatapun naiknya nilai tukar bitcoin, tetap tidak ada satu orang pun yang 100 persen memprediksi masa depan. Segalanya tentang mata uang digital itu bisa berubah sewaktu-waktu.

Sumber : KompasTekno

Sosok Sukses Investor Bitcoin


Investasi Bitcoin kini makin naik daun, terutama setelah baru-baru ini harganya meroket. Dibandingkan dengan setahun lalu, harga Bitcoin saat ini sudah naik lebih dari dua kali lipat hingga mencapai nilai lebih dari 30 juta Rupiah per satuannya. Menilik dari histori harga tersebut, tentu banyak sekali kisah – kisah sukses investor Bitcoin dari seluruh dunia. Berikut beberapa cuplikannya.

1. Makin Banyaknya Pengguna Bitcoin.


Tahukah Anda bahwa perusahaan game online Zynga menerima pembayaran menggunakan Bitcoin? Sekitar tahun 2014 dahulu saat Zynga mengumumkannya, harga Bitcoin naik beberapa ratus dolar dalam waktu nyaris seketika. Dan masih banyak lagi contoh momen serupa.

Sebagaimana layaknya hukum permintaan; semakin tinggi permintaan akan sesuatu, maka makin tinggi pula harganya, jika kondisi lain secara umum tak ada yang berubah. Demikian pula, semakin banyak vendor atau merchant yang menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran, maka harga Bitcoin akan makin meningkat.

2. Pengakuan Dari Negara Berekonomi Kuat.


Beberapa insiden lain yang juga pernah menandai momentum kenaika harga Bitcoin adalah diakuinya Bitcoin oleh negar-negara berekonomi kuat. Misalnya ketika pada tahun 2013, Departemen Keuangan AS memutuskan untuk mengklasifikan Bitcoin sebagai aset kena pajak.

Ada dua hal yang bisa disimpulkan dari keputusan itu. Pertama, karena kena pajak, maka tentunya bukan barang ilegal. Kedua, keputusan itu memberikan landasan hukum bagi individual maupun perusahaan yang ingin berinvestasi atau memperjual-belikan Bitcoin. Hasilnya, tentu harga Bitcoin naik.

3. Jatuhnya Nilai Tukar Suatu Negara.


Dalam hal ini, pertama-tama perlu dipahami bahwa mata uang kripto sering dipandang sebagai mata uang alternatif dari mata uang biasa yang kita pergunakan, seperti Rupiah, Dolar AS, Yuan, dan lain-lain. Karenanya, jika mata uang suatu negara tak lagi berharga, kepada siapa warganya akan berpaling? Sudah tentu mata uang kripto, termasuk Bitcoin.

Faktanya, di akhir tahun 2016 saat Venezuela terjerumus dalam resesi dan nilai tukar mata uangnya hancur dan penggunaan Dolar AS dibatasi, banyak warganya beralih menggunakan Bitcoin. Efeknya, permintaan dan transaksi menggunakan Bitcoin di benua Amerika selama beberapa waktu melonjak, hingga akhirnya pemerintah Venezuela mengambil tindakan tegas menutup bursa Bitcoin di wilayahnya.

4. Perkembangan “Cashless Society”.


Setelah membaca contoh di nomor tiga, barangkali Anda menyangka hanya orang di negara yang ekonominya remuk redam saja yang membutuhkan Bitcoin? Jangan salah. Tiga negara dengan pertumbuhan bursa Bitcoin paling pesat saat ini justru Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang, yang nilai tukar mata uangnya relatif kuat.

Sebabnya, perekonomian mereka sudah sangat maju, sehingga masyarakatnya sudah nyaman dengan budaya “Cashless Society” (Budaya Pembayaran Non-Tunai). Di sisi lain, tingkat edukasi masyarakat juga sudah cukup tinggi, sehingga mudah menerima konsep mata uang kripto. Bahkan rumornya, pemerintah masing-masing terus melakukan riset untuk mempertimbangkan kemungkinan menciptakan mata uang kripto-nya sendiri, untuk menyaingi Bitcoin.

Demikianlah empat faktor yang mendorong harga Bitcoin naik dalam berbagai momen berbeda. Tentu, kebalikannya juga berlaku; bisa mengakibatkan harga Bitcoin menurun. Tak dapat dipungkiri kalau sentimen pasar yang memperjual-belikan Bitcoin merupakan faktor yang paling berpengaruh. Jika sentimen pasar goyah, biarpun itu berita hoax, maka bisa menggoyang harga Bitcoin dalam masa berita itu belum dikonfirmasi.